Been snooping around a friend's photo album in fesbuk :)
Dan anehnya dibuat terpesona memandangi foto-fotonya, seorang perempuan bersama dua anak balita. Ia tentu saja bukan model, demikian pula anaknya. Agaknya si tukang foto yang juga suaminya memang pintar mengambil gambar sedemikian sehingga fotonya 'bercerita'.
Cantik, bukan kecantikan ala Luna Maya atau Sandra Dewi yang memukau. Tapi, you can feel the love and joy in their picture, perasaan yang tersampaikan itu membuat fotonya indah.
Hm, kapan ya saya bisa fotogenic? Walaupun suami tercinta juga hobi fotografi, tapi mungkin saya objek foto kesekian ribu dari semua objek yang ingin dipotretnya, hehe.....
Seorang ibu satu anak coba-coba memasuki dunia blog, walaupun serba tak tahu, tapi ia terus melangkah penuh kewaspadaan. Halo, dunia... salam hangatku untukmu.
Minggu, 07 Agustus 2011
Jumat, 05 Agustus 2011
Aku Tidak Suka Puasa!
Hari ini hari ketiga Luqman berpuasa. Lengkap dengan bangun sahur dan shalat Shubuh di masjid bersama sang bapak. Cuma sampai jam 10 pagi, sih... Namanya juga belajar. Tapi dia benar-benar tidak makan dan minum sampai jam 10 itu. Hebat, deh.
Buka puasa jam 10 disambutnya dengan gembira, tak lupa berdoa dulu mengikuti bacaan ibu, walau masih salah-salah. Menunya sirup terong belanda dari eyang, jajan kecil dan permen... hehe.. Pokoknya yang dia suka.
Tapi hari ini hari pertama puasa di sekolah, setelah libur awal puasa. Tadi pagi karena bangun sahur terlalu awal, jadinya malah ngantuk dan agak rewel berangkat ke sekolah. Saya pun sedikit uring2an. Dalam hati bertanya-tanya, akan bagaimana puasanya hari ini ya?
Sekolah Luqman mensiasati hari pertama puasa di sekolah dengan cukup cerdas, menurut saya. Anak-anak ditanyai siapa yang puasa hari ini. Serentak terdengar anak-anak koor menjawab, "Sayaaaaaa!" Hehehe... Lalu diajari hafalan niat puasa sambil dilagukan. Acara terakhir di sekolah adalah menari mengikuti lagu dan gerakan bu guru.
Biasanya ada waktu istirahat jam 8 pagi, dilanjutkan dengan kelas kedua. Tapi hari ini tidak ada jam istirahat, jam 8.30 anak2 sudah boleh pulang. Jadi amanlah para ibu pengantar dari rengekan rutin anak-anak yang minta dibelikan jajanan. Anak-anak tak punya kesempatan untuk melihat jajanan di luar pagar sekolah.
Namun karena di kelas banyak hafalan dan menyanyi, Luqman keluar kelas langsung minta minum. Saya ingatkan niatnya berpuasa.
"Aku ga mau puasa, aku ga suka!"
"Sebentar saja, kok. Ini sudah hampir jam 10"
Sebelum pulang ke rumah saya mampir ke rumah Bu RT, mumpung ingat waktunya membayar iuran sampah. Bu RT yang ramah menawari Luqman air minum dalam kemasan.
Langsung saya tolak, "Luqman puasa, budhe..."
"Tapi aku mau mimik, bu. Aku ga mau puasa "
Saya menggeleng, cuma sampai jam 10, satu jam lagi, sayang...
Luqman duduk di teras rumah membelakangi saya. Tak lama isak tangisnya terdengar. Olala!
Luqman jarang menangis, di usianya yang mendekati 5 tahun, ia sekarang merasa malu untuk menangis. And it hurt his pride to cry like a baby.
Tapi saat ini, ia terisak-isak di teras rumah bu RT. Saya duduk di sisinya dan merangkul bahunya.
"Aku haus, mau minum, bu"
Duh, dalam hati saya pun ingin menangis!
Anakku sayang, tahan sebentar, ya
"Aku mau minum" tangisnya di pelukan saya.
Sampai di rumah saya ajak bercanda di kamar. Saat tertawa lupa akan hausnya. Namun hampir tiap 5 menit sekali ia kembali minta air putih. Wajahnya mulai cemberut, ia mulai marah pada ibunya. Mau gimana lagi? Saya ingatkan dia untuk tidak berkata yang tidak baik kalau marah.
Saat saya mulai mencuci pakaian, ia mulai lagi lagi dengan jurus lain.
"Bu, kalau aku ga minum, nanti aku mati, lho..."
Ha... mau tertawa mau marah jadi satu... kok, lebay banget sih? Akhirnya saya pilih ketawa, "Ya, nanti jam 10 kita lihat Luqman mati apa nggak."
"Pasti mati!"
Saya coba alihkan dengan game di komputer, kebetulan anak tetangga teman bermainnya juga sudah pulang dari sekolah. Main bersama sedikit mengalihkan perhatiannya. Tapi siklus minta minumnya tak berhenti, cuma jadi 10 menit sekali, hehe... Ayo, anakku, cuma setengah jam lagi...
Mendekati jam 10, intensitas meningkat. Sang eyang yang baru pulang dari pasar ikut memberi motivasi. Ayo, nanti eyang beri hadiah.
Alhamdulillah, jam 10 datang, malah ia harus diingatkan untuk buka puasa.
Makan jeruk manis dan air putih, semakin nikmat karena penuh perjuangan.
Dan satu lagi, Luqman masih hidup, kan?
Buka puasa jam 10 disambutnya dengan gembira, tak lupa berdoa dulu mengikuti bacaan ibu, walau masih salah-salah. Menunya sirup terong belanda dari eyang, jajan kecil dan permen... hehe.. Pokoknya yang dia suka.
Tapi hari ini hari pertama puasa di sekolah, setelah libur awal puasa. Tadi pagi karena bangun sahur terlalu awal, jadinya malah ngantuk dan agak rewel berangkat ke sekolah. Saya pun sedikit uring2an. Dalam hati bertanya-tanya, akan bagaimana puasanya hari ini ya?
Sekolah Luqman mensiasati hari pertama puasa di sekolah dengan cukup cerdas, menurut saya. Anak-anak ditanyai siapa yang puasa hari ini. Serentak terdengar anak-anak koor menjawab, "Sayaaaaaa!" Hehehe... Lalu diajari hafalan niat puasa sambil dilagukan. Acara terakhir di sekolah adalah menari mengikuti lagu dan gerakan bu guru.
Biasanya ada waktu istirahat jam 8 pagi, dilanjutkan dengan kelas kedua. Tapi hari ini tidak ada jam istirahat, jam 8.30 anak2 sudah boleh pulang. Jadi amanlah para ibu pengantar dari rengekan rutin anak-anak yang minta dibelikan jajanan. Anak-anak tak punya kesempatan untuk melihat jajanan di luar pagar sekolah.
Namun karena di kelas banyak hafalan dan menyanyi, Luqman keluar kelas langsung minta minum. Saya ingatkan niatnya berpuasa.
"Aku ga mau puasa, aku ga suka!"
"Sebentar saja, kok. Ini sudah hampir jam 10"
Sebelum pulang ke rumah saya mampir ke rumah Bu RT, mumpung ingat waktunya membayar iuran sampah. Bu RT yang ramah menawari Luqman air minum dalam kemasan.
Langsung saya tolak, "Luqman puasa, budhe..."
"Tapi aku mau mimik, bu. Aku ga mau puasa "
Saya menggeleng, cuma sampai jam 10, satu jam lagi, sayang...
Luqman duduk di teras rumah membelakangi saya. Tak lama isak tangisnya terdengar. Olala!
Luqman jarang menangis, di usianya yang mendekati 5 tahun, ia sekarang merasa malu untuk menangis. And it hurt his pride to cry like a baby.
Tapi saat ini, ia terisak-isak di teras rumah bu RT. Saya duduk di sisinya dan merangkul bahunya.
"Aku haus, mau minum, bu"
Duh, dalam hati saya pun ingin menangis!
Anakku sayang, tahan sebentar, ya
"Aku mau minum" tangisnya di pelukan saya.
Sampai di rumah saya ajak bercanda di kamar. Saat tertawa lupa akan hausnya. Namun hampir tiap 5 menit sekali ia kembali minta air putih. Wajahnya mulai cemberut, ia mulai marah pada ibunya. Mau gimana lagi? Saya ingatkan dia untuk tidak berkata yang tidak baik kalau marah.
Saat saya mulai mencuci pakaian, ia mulai lagi lagi dengan jurus lain.
"Bu, kalau aku ga minum, nanti aku mati, lho..."
Ha... mau tertawa mau marah jadi satu... kok, lebay banget sih? Akhirnya saya pilih ketawa, "Ya, nanti jam 10 kita lihat Luqman mati apa nggak."
"Pasti mati!"
Saya coba alihkan dengan game di komputer, kebetulan anak tetangga teman bermainnya juga sudah pulang dari sekolah. Main bersama sedikit mengalihkan perhatiannya. Tapi siklus minta minumnya tak berhenti, cuma jadi 10 menit sekali, hehe... Ayo, anakku, cuma setengah jam lagi...
Mendekati jam 10, intensitas meningkat. Sang eyang yang baru pulang dari pasar ikut memberi motivasi. Ayo, nanti eyang beri hadiah.
Alhamdulillah, jam 10 datang, malah ia harus diingatkan untuk buka puasa.
Makan jeruk manis dan air putih, semakin nikmat karena penuh perjuangan.
Dan satu lagi, Luqman masih hidup, kan?
Langganan:
Postingan (Atom)