Minggu pagi nota bene adalah hari keluarga bagi kebanyakan
ibu, namun kali ini ada yang sedikit berbeda buat saya. Usai menunaikan tugas
rumah tangga, minggu pagi ini saya berpamitan pada anak dan suami saya untuk
berangkat ke Sidoarjo. Jarak Surabaya – Sidoarjo saya tempuh dalam waktu satu
jam, selain jauh dan tidak berani beraksi di jalan raya, saya juga sempat
tersesat mencari lokasi yang saya tuju. Ingin tahu apa yang membuat saya
bersemangat pagi ini?
Nah, inilah asyiknya bergabung dengan komunitas Ibu-Ibu
Doyan Nulis. Bergabung dengan sebuah
grup di jejaring sosial yang kini anggotanya sudah lebih dari 5.500 orang dari
seluruh Indonesia dan luar negeri, merupakan kesempatan belajar yang luar biasa.
Hari ini, Korwil Jawa Timur untuk pertama kalinya mengadakan Kelas Menulis. Diadakan
di rumah mbak Afin Murtiningsih, salah satu anggota senior IIDN. Mbak Afin,
sapaan akrabnya, adalah seorang penulis produktif yang sudah menelurkan
berbagai buku manajemen, parenting, hingga ilmu kesehatan populer. Tulisannya pun sudah sering tampil di
berbagai media. Tentu saja, saya tak boleh melewatkan kesempatan untuk
‘mencuri’ sedikit ilmu dari beliau dan para anggota IIDN lainnya.
Setiba di sana hanya Mbak Nunu El Fasa yang saya kenal,
namun sesi perkenalan membuat kami langsung akrab. Teman-teman yang hanya saya
kenal namanya, kini mewujud nyata di hadapan saya. Bak iklan layanan masyarakat
yang sempat populer, kini saya bisa lihat, dengar, dan raba langsung orangnya,
hehehe…
Sesi pertama diisi mbak Afin dengan berbagi pengalaman
berkarir di tulis menulis. Ia sempat mencoba menulis fiksi, namun beberapa kali
gagal. Lalu ia menemukan jalur yang disukainya dengan menulis hal-hal yang
akrab dengan dirinya, seperti psikologi, kesehatan, marketing. Awalnya ia
menulis sebagaimana ia menulis skripsi, membuat proposal yang diajukan untuk
diterbitkan. Jika disetujui, barulah ia menulis bukunya. Belakangan ia
mengetahui bahwa apa yang dibuatnya itu disebut
outline atau kerangka
penulisan. Ia pernah mengajukan 30 outline
dan hanya diterima 10 outline. Wow, berarti satu hari bisa
menulis satu outline dong, bisik mbak
Diah Kusumastuti di samping saya. Ide yang melimpah diperolehnya dengan banyak
membaca. Berhubung kantornya bertempat di atas sebuah toko buku ternama, setiap
jam istirahat dimanfaatkannya untuk membaca. Menulis dilakukan mbak Afin di
pagi hari, beberapa jam sebelum anak-anak bangun dan ia harus memulai aktivitas
sebagai seorang ibu dan istri. Saya bukan orang yang biasa bergadang untuk
menulis, ungkapnya. Paling malam saya tidur jam 10 malam. Jadi saya harus
konsisten menulis setiap hari. Untuk itu, saya berusaha menjaga kondisi agar
tetap stabil. Misalnya ketika senang, saya batasi tidak terlalu berlebihan,
ketika sedih pun demikian. Termasuk ketika sakit hati, saya juga berusaha untuk
tidak terlalu sakit. Jadi saya tidak perlu menunggu mood untuk menulis.
Semua orang punya kelebihan dan keunikan masing-masing, prinsip
Mbak Afin dalam menulis. Tak perlu membandingkan diri dengan orang lain, senior
atau yunior, lebih pintar atau lebih terkenal. Yang penting ketika kita
menghadapi penolakan dan kritik, maka kita harus berusaha memperbaiki diri dan
menjadi lebih baik.
Teknik menulis kerangka penulisan juga sempat dibahas, yang
pembahasannya akan dilanjutkan melalui jaringan sosial dan Kelas Menulis
berikutnya. Cara membuat kerangka penulisan sempat dibagi oleh mbak Afin dan
Mbak Nunu El Fasa yang juga hiper aktif dalam menulis.
Dokumentasi Ibu Tatit Ujiani |
Mumpung sedang di rumah mbak Afin, para peserta pun
dibolehkan melongok studio mini di rumah mbak Afin. Suami mbak Afin yang hobi
fotografi, Pak Marzuqi Yahya, memberikan tips-tips memotret makanan dengan
menggunakan kamera saku dan bagaimana mengoptimalkan fitur-fitur yang tersedia
di dalamnya. Sekarang, yang punya kamera jadi paham bagaimana menghasilkan foto
bagus dengan kamera yang tadinya dikira cuma gini doang.
Dokumentasi Bp. Marzuqi Yahya |
Sebagai penutup acara, lontong kupang khas sidoarjo pun ikut
meramaikan suasana. Namanya juga acara ibu-ibu, belum lengkap kalau belum
makan-makan. Apalagi semua ibu yang hadir membawa makanan kecil untuk teman
ngobrol. Dan, masih ada doorprize 4 buah buku dari Mbak Afin dan Mbak Nunu untuk ibu-ibu
yang beruntung. Ah, sudah dapat ilmu, dapat makanan enak, dapat hadiah pula.
Saya pulang dengan perasaan ‘kenyang’ jiwa raga. Terima kasih, IIDN!